Tes Prestasi Belajar
Definisi
Tes Prestasi Belajar: salah satu alat ukur hasil belajar yang dapat
mencakup semua kawasan tujuan pendidikan (kognitif, afektif dan psikomotorik)
–Benyamin S. Bloom. Tes prestasi belajar untuk mengungkap apa yang oleh
Cronbach disebut Performansi Maksimal Subjek.
Tes prestasi belajar merupakan kegiatan pengukuran hasil belajar siswa. Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru
menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan tes prestasi belajar inilah, maka
guru dapat mengevaluasi program pembelajaran yang sudah disusun dan selanjutnya
menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk proses penyelenggaraan selanjutnya.
Berdasarkan konsep dasar pembelajaran dan aspek utama yang diinginkan mengalami
perubahan dalam proses pembelajaran, maka tes prestasi belajar dapat
dikelompokkan pada 3 (tiga) kelompok dasar, yaitu:
- Tes kemampuan Afektif
Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi
belajar yang diarahkan untuk mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif pada
siswa. Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai
positif yang dimiliki siswa. Tes prestasi belajar pada aspek afektif ini
terkait dengan moral, tingkah laku, kesehatan, dan berbagai nilai positif yang
dimiliki sebagai bagian bangsa yang beradab.
- Tes kemampuan kognitif
Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes
prestasi belajar yang terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama proses
belajar yang diikuti, siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang sangat
berguna bagi kehidupan. Untuk mengetahui hasil tes prestasi belajar siswa dalam
aspek kognitif ini, maka dapat melihat dari hasil saat siswa mengikuti berbagai
ujian atau tes yang diselenggarakan sekolah dan guru dalam waktu tertentu.
Ujian atau tes prestasi belajar ini merupakan program integral dalam kurikulum
sekolah.
- Tes kemampuan psikomotor
Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan
keterampilan yang didapatkan siswa dari proses pendidikan dan pembelajarannya.
Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini, maka kita dapat menentukan tingkat
kemampuan siswa untuk bekerja, melakukan kegiatan kerja. Oleh karena itulah,
maka tes prestasi belajarnya berupa kegiatan keterampilan. Dalam konteks ini,
guru atau sekolah mengadakan tes prestasi belajar siswa dengan evaluasi
praktek. Siswa harus melakukan kegiatan praktek terkait dengan kemampuan yang harus
dimiliki siswa.
Sumber: http://www.anneahira.com/tes-prestasi-belajar.htm
Cara mengukur: diadakan ulangan-ulangan. Dibagi menjadi 2, tes formatif dan
tes sumatif
Dua pendekatan untuk menilai tingkat prestasi belajar: penilaian acuan
norma dan penilaian acuan kriteria.
Dalam penilaian acuan kriteria, setiap anak hanya dapat dibandingkan dengan
Standar Kompetensi(SK) atau Kompetensi Dasar(KD). Jika dalam KD menyatakan
bahwa seorang siswa harus mampu menuliskan sebuah kalimat dengan menggunakan
huruf besar dan tanda baca, maka siapun yang telah mampu memenuhi kriteria
tersebut dinyatakan kompeten atau lulus mencapai KD yang dimaksud, tanpa harus
membanding-bandingkan bagus-tidaknya tulisan tiap-tiap anak. Sebelumnya para
guru lebih sering menggunakan penilaian acuan norma (PAN). Di mana penilaian
didasarkan pada keberadaan siswa di dalam kelas, siswa A dibanding-bandingkan
dengan siswa B dan rata-rata kelas. Contoh, si A mendapat nilai 8 sementara si
B mendapat nilai 9, maka dengan serta merta si A dianggap tidak lebih pintar
daripada si B. contoh lain, si C mendapat nilai 5 sementara teman-temannya yang
lain mendapatkan nilai di bawahnya. Biasanya si C dianggap yang paling pintar
dibandingkan dengan teman-temannya.
Sumber: http://sahabatguru.wordpress.com/2007/12/14/penilaian-acuan-kriteria-pak/
Model belajar mengajar:
Manfaat:
- Guru memperoleh gambaran tentang sasaran belajar apa yang diutamakan
- Membantu guru merumuskan perilaku siswa yang diharapkan dan yang dapat diukur atau dinilai
- Membantu guru mengambangkan cara dan alat evaluasi kegiatan belajar
- Menyusun rencana pendidikan
- Menyusun tugas-tugas siswa secara terpadu
Taksonomi:
- Taksonomi Bloom
Oleh Benjamin S. Bloom (1956).
Tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain:
- Cognitive domain, yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir,
· Pengertian (Knowledge)
Tahap pertama pada Taksonomi Bloom. Pada
tahap ini seseorang dapat mengenali pengertian, definisi, gagasan, atau fakta-
fakta dari istilah tertentu. Misalkan : Phobia adalah ? Maka pada tahap ini
kita akan memaknai phobia adalah ketakutan yang berlebihan pada sesesuatu yang
tidak wajar.
· Pemahaman (Comprehension)
Pada tahap ini seseorang sudah memahami
sesuatu seperti sebuah gambaran, diagram, grafik, laporan, peraturan dan lain-
lain. Misalkan ketika melihat grafik statistik penyakit phobia di Indonesia
seseorang sudah bisa menterjemahkan kepada pemahamannya.
· Aplikasi (Application)
Tahap ini seseorang sudah dapat menerapkan
pengertian, metode, rumus, ke aplikasi nyata. Misalkan seseorang sudah bisa
menjabarkan tentang seseorang yang memiliki penyakit phobia di kehidupan nyata
misalnya cemas pada sesuatu atau seseorang sudah bisa menjelaskan statistik
tentang penyakit phobia di Indonesia dengan menggambar grafik statistik.
· Analisis (Analysis)
Selanjutnya pada tahap ini seseorang sudah
dapat menganalisa informasi yang masuk dan membaginya dalam bagian- bagian.
Misalnya seseorang dengan ciri- ciri menjadi cemas tiba- tiba di lingkungan
luar atau di suatu acara maka seseorang sudah mampu menjawab soal tersebut
dengan phobia sosial.
· Sintesis (Synthesis)
Pada tahap ini seseorang sudah dapat
menjabarkan struktur dan informasi yang belum terlihat sehingga menemukan
sebuah solusi dari persoalan. Misalkan phobia sosial maka seseorang dapat
menjabarkan faktor- faktor dari phobia sosial misal faktor traumatic masa lalu,
kondisi keluarga yang tidak mendukung, dll. Sehingga dapat ditemukan sebuah
solusi.
· Evaluasi (evaluation)
Pada tahap ini seseorang sudah dapat
menjabarkan solusi yang dipersoalkan dan memilih solusi- solusi yang tepat.
Misalkan phobia sosial solusinya dengan menggunakan terapi CBT, obat
psikotropica, dll.
- Affective Domain, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri; dan
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain
afektif terbagi lima kategori :
· Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan
memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat
hasil belajar terendah dalam domain afektif.
· Pemberian respon atau partisipasi
(responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal
ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
· Penilaian atau penentuan sikap
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi
seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
· Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai,
sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan
konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup
tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
·
Karakterisasi / pembentukan pola hidup
(characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup
sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku
menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini
ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
- Psychomotor Domain, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain
psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
· Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu
gerakan. Mulai memberi
respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot
saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
· Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan
mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
· Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan
kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi
dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
· Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian
gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
· Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan
dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya
dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi
dalam domain psikomotorik.
- Taksonomi Guilford
Guilford (1967) mengembangkan teori atau model
tentang kemampuan kognitif manusia (yang berisi 120 kemampuan intelektual) yang
disusun dalam satu sistem yang disebut "struktur intelek". Model
struktur ini menggambarkan keragaman kemampuan kognitif manusia, yang
digambarkan dalam bentuk kubus tiga dimensi intelektual, yang maksudnya untuk
menampilkan semua kemampuan kognitif manusia.
Operasi Mental (Proses Befikir)
· Cognition (menyimpan informasi yang lama
dan menemukan informasi yang baru).
· Memory Retention (ingatan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari).
·
Memory Recording (ingatan yang segera).
·
Divergent Production (berfikir melebar atau
banyak kemungkinan jawaban/ alternatif).
·
Convergent Production (berfikir memusat atau
hanya satu kemungkinan jawaban/alternatif).
·
Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah
suatu itu baik, akurat, atau memadai).
Content (Isi yang Dipikirkan)
· Visual (bentuk konkret atau gambaran).
· Auditory.
· Word Meaning (semantic).
· Symbolic (informasi dalam bentuk lambang,
kata-kata atau angka dan notasi musik).
· Behavioral (interaksi non verbal yang
diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).
Product
(Hasil Berfikir)
·
Unit (item tunggal informasi).
·
Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat
yang sama).
·
Relasi (keterkaitan antar informasi).
· Sistem (kompleksitas bagian saling
berhubungan).
· Transformasi (perubahan, modifikasi, atau
redefinisi informasi).
· Implikasi (informasi yang merupakan saran
dari informasi item lain).
- Taksonomi Williams
- Taksonomi Kratwohl, bersifat sasaran afektif, bagaimana sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Sejauh mana ia dapat menerima dan menghargai apa yang diajarkan guru, nilai-nilai yang dianutnya dan apa yang menjadi pedoman dalam hidupnya. Semuanya membawa dampak cara belajar dan hasil belajar.