Konstruksi Alat Ukur - Pert. 4

Personality and Measurement

Pengukuran yaitu membandingkan objek yang mau diukur dengan skalanya. Dalam kontalu kita akan membuat skalanya, apakah valid dan reliabel atau tidak. Dalam konstruk psikologi, dibagi menjadi 2 macam tes: tes intelegensi/IQ/kecerdasan dan tes personality.

Tes prestasi belajar yaitu keberhasilan belajar pada saat itu. Sudah ada silabus dan kompetensi, jadi ujian mengarah ke kompetensi tersebut.
Pandangan Spearman (1927) mengenai inteligensi ditunjukkan dalam teorinya yang dikenal dengan nama teori dua faktor. Penjelasannya mengenai teori ini berangkat dari analisis korelasional yang dilakukannya terhadap skor seperangkat tes yang mempunyai tujuan dan fungsi ukur yang berlainan. Hasil analisisnya memperlihatkan adanya interkorelasi positif di antara berbagai tes tersebut. Menurut Spearman, interkorelasi positif itu terjadi karena masing-masing tes tersebut memang mengukur suatu faktor umum yang sama, yang dinamainya faktor g. Namun demikian, korelasi-korelasi itu tidaklah sempurna sebab setiap tes, di samping mengukur faktor umum yang sama, juga mengukur komponen tertentu yang spesifik bagi masing-masing tes tersebut. Faktor yang spesifik dan hanya diungkap oleh tes tertentu saja ini disebut faktor s.
Misalnya orang yang sudah lulus sarjana IQ G Factornya 73, skor itu bisa jadi tekniknya yang salah, mungkin pada saat tes terlalu banyak orang, spekernya tidak bagus, duduknya paling ujung dan jauh sehingga instruksi yang diberikan tidak terdengar. Tapi jika sudah tes individual dan tempatnya juga nyaman, nmaun tetap mendapatkan skor 73 berarti tidak memiliki motivasi untuk mengerjakan soal.

Isu pendidikan kita yang paling aktual pasca diumumkannya hasil Ebtanas sekolah menengah, khususnya SMU,  adalah penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi.  Sekarang ini para lulusan sekolah menengah kita sedang sibuk menyiapkan diri untuk menembus dinding perguruan tinggi,  Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ataupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS),  yang dianggap dapat mengembangkan kemampuannya untuk menggapai cita-cita.
Di sisi lainnya pihak perguruan tinggi sendiri tengah menghadapi persoalan tentang bagaimana metode menciptakan sistem seleksi yang efektif hingga kandidat yang tersaring menggunakan alat testing yang dibuat benar-benar kandidat yang bermutu;  dalam pengertian (kandidat) mahasiswa baru dengan potensi akademik yang pantas. Kiranya memang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat inipun masih banyak perguruan tinggi yang mengaplikasi sistem seleksi mahasiswa baru di dalam tahapan formalistik saja.
Secara empirik ada berbagai jenis alat seleksi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi kita;  misalnya saja PTN pernah menerapkan tes model Proyek Perintis (PP), Sipenmaru, UMPTN, dsb,  sementara itu ada beberapa PTS yang dalam menseleksi kandidat mahasiswa baru menggunakan tes psikologis (psycho-test), tes bakat, tes kemampuan abstraksi, tes pengetahuan umum, dsb. Lebih daripada itu Tes Potensi Akademik (TPA) yang dibuat oleh Overseas Training Office (OTO) pun sekarang mulai "masuk kampus".  Beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat mengembangkan sistem seleksi dengan Graduate Record Examination (GRE), Test of Writing Ability (TWA), dsb.
http://journal.amikom.ac.id/index.php/Koma/article/view/3416

Adapun, Tes Potensi Akademik ini umumnya memiliki empat jenis soal. Yaitu, tes verbal atau bahasa, tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar.
Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata.
Tes angka berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita.
Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram.
Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya logika ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini meliputi antara lain tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar dan tes identifikasi gambar.
http://carabelajardesainweb.blogspot.com/2011/05/pengertian-tes-potensi-akademik-tpa.html
Contoh soal TPA:








Salah satu perbedaan antara tes CFIT,APM dengan IST,TKD yaitu pada IST dan TKD perlu dibuatkan norma sedangkan pada CFIT,APM tidak perlu dibuatkan norma karena tes tersebut bebas budaya.

CFIT

Dikembangkan oleh R.B Cattell (1973), merupakan tes adil budaya (culture fair), CFIT dirancang untuk mengurangi pengaruh kecakapan verbal, perbedaan budaya, dan tingkat pendidikan (Cattell dalam Kumara, 1989)
  • Subtes 1 (Sistematika berpikir), Kemampuan berpikir runtut untuk memahami rangkaian permasalahan yang berkesinambungan.
  • Subtes 2 (Ketajaman diferensiasi), Kemampuan mengamati hal-hal detil secara tajam dan berpikir kritis untuk mengidentifikasi permasalahan.
  • Subtes 3 (Asosiasi), Kemampuan analisa untuk menghubungkan dua atau lebih permasalahan yang serupa.
  • Subtes 4 (Pemahaman konsep), Kemampuan memahami prinsip untuk diterapkan ke dalam situasi yang berbeda.
CFIT digunakan untuk mengukur Fluid Ability (kemampuan kognitif yang bersifat herediter). Kemampuan ini, di dalam perkembangannya, akan mempengaruhi Crystallized Ability.
Crystallized Ability = kemampuan kognitif yang diperoleh di dalam interaksi individu dgn lingkungan.
Sehingga, seberapa jauh kemampuan kognitif ssorg nantinya akan tergantung dari seberapa jauh keadaan Fluid ability + Crystallized Ability.

APM(Advanced Progressive Matrices)
Raven Progressive Matrices. Tes ini pertama kali diciptakan oleh John C. Raven tahun 1938 dan pertama kali digunakan untuk Angkatan Bersenjata Inggris dalam Perang Dunia II. Tes ini adalah tes non-verbal untuk mengukur kemampuan memahami dan melihat hubungan antara bagian gambar dengan mengembangkan pola pikir yang sistematis. Tes ini dianggap sebagai culture fair test (adil untuk semua budaya) karena mampu meminimalkan pengaruh budaya tertentu. Jenis tes ini terbagi menjadi tiga yaitu yaitu Standard Progressive Matrices tujuannya untuk mengukur Colors Progressive Matrices, Advenced Progressive Matrices.
Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior. Tes ini digunakan untuk orang normal tanpa batasan waktu. Unutk mengukur kemampuan observasi dan clear thinking. Jika tes ini dipergunakan dengan batasan waktu tertentu selama 40 menit misalnya, berarti untuk kecepatan dan ketepatan kemampuan intelektual.
Tes APM dapat disajikan secara individual maupun secara klasikal. Tes APM terdiri dari 2 set dan berntuknya non-verbal. Set I disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes.


IST(Intelligence Structure Test)
Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankurt pada tahun 1953. IST merupakan salah satu tes untuk mengukur inteligensi, secara umum juga untuk mengukur aspek-aspek kemampuan secara khusus (kemampuan verbal, berhitung, kreatifitas, memori, daya baying ruang, dll). Ada 9 subtes, kegunaan masing-masing subtes:
  • SE (Satzergaenzung), kemampuan dalam menilai arti apakah ia salah atau mandiri, baik dalam pengambilan keputusan, mampu menggunakan informasi yang ada dan memaknainya.
  • WA (Wortauswahl), kemampuan dalam menangkap inti bahasa, cukup menghayati bahasa dan berempati dan cukup dalam memahami pengertian. Testee cukup baik dalam menangkap dan menyerap maksud, inti, makna ataupun isi pokok dari perintah atau instruksi dan informasi yang disampaikan secara verbal oleh orang lain.
  • AN (Analogien), kemampuan dalam menghubungkan, mengkombinasi, fleksibilitas/kelincahan pada pemecahan masalah, mampu untuk mengubah cara berpikir misalnya induktif ke deduktif atau sebaliknya, konsekuen dan berpikir logis yang mendalam. Baik dalam proses berfikir yang mencakup: analisis, judgment dan kesimpulan.
  • GE (Gemeinsamkeiten), kemampuan dalam bernalar secara logis serta cukup baik menyatakan pengertian dalam bahasa, mampu menyatakan pemahaman dan mencari inti permasalahan dengan menggunakan bahasa, mampu abstraksi bahasa.
  • ME (Merkaufgaben), kemampuan dalam konsentrasi, memperhatikan, menyimpan atau mengingat kata-kata yang telah dipelajari/daya ingat.
  • RA (Rechenaufgaben), kemampuan dalam berpikir praktis dalam berhitung, berpikir matematis, memecahkan masalah praktis dengan berhitung, berpikir runtut dalam membuat kesimpulan.
  • ZR (Zahlenreinhen), kemampuan dalam berpikir teoritis dengan berhitung, berpikir induktif dengan angka-angka, fleksibilitas berpikir menggunakan angka, kelincahan, fleksibilitas dan kemampuan berfikir dengan mengubah atau menggantikan cara atau pendekatan, komponen-komponen ritmis atau berirama.
  • FA (Figurenauswahl), kemampuan dalam membayangkan secara menyeluruh, cukup dalam berimajinasi visual, kreativitas, berpikir konstruktif.
  • WU (Wuerfelaufgaben, kemampuan dalam bidang daya bayang ruang, berpikir teknis-konstruktif, analitis, cukup dalam  antisipatif terhadap perubahan keadaan ruang, kreativitas, imajinasi, fleksibilitas. Kreatif dan cukup mampu menyusun /mengkonstruksikan perubahan, imajinasi dan fleksibilitas berfikir.


Tes Kemampuan Diferensial(TKD)
Dibawah tahun 1976 dikenal dengan nama TINTUM’69. Bentuk tes Intellegensi Umum. Tahun 1976 diteliti oleh Wibowo, S. dan ternyata TINTUM’69 cocok untuk mengetahui Kemampuan Differensial. Tahun 1976 TINTUM’69 dirubah namanya dengan “Tes Kemampuan Differensial”. Digunakan untuk seleksi calon mahasiswa, seleksi calon karyawan, termasuk promosi & mutasi karyawan. Disusun berdasarkan teori “Multiple Factor” dari Thurstone, L.L., & Thurstone, T.G. (1941).
Kegunaan masing-masing subtes:
  • Comprehension, kemampuan dalam bersikap terhadap situasi sosial praktis dan judgement.
  • Information, kemampuan dalam mewaspadai dunia luar, ruang lingkup pengetahuan, minat, perhatian terhadap lingkungan dan daya ingat terhadap masa lampau.
  • Analogi Verbal, kemampuan dalam logika bahasa, daya abstraksi dan analogi berpikir verbal.
  • Logika, kemampuan dalam bernalar secara logis, menempatkan hal-hal rasional dan mampu beradaptasi.
  • Aritmatika, kemampuan dalam penalaran hitung, berhitung dengan angka dan teliti.
  • Deret Angka, kemampuan dalam penalaran hitung dengan angka, logika berpikir dan nonverbal, daya abstraksi dan ketelitian.
  • Sinonim, kemampuan dalam berpikir analogis dan kritis terhadap situasi.
  • Mencari Ketidaksamaan, kemampuan dalam diskriminasi dan generalisasi dalam berpikir.
  • Completition, kemampuan dalam bidang daya bayang ruang dan persepsi keruangan.
  • Perception, kemampuan dalam ketepatan persepsi kritis terhadap pembedaan 2 gambar.

Army Alpha Intelegence Test
Tes ini terdiri atas 12 soal yang berisi kombinasi deretan angka dan deretan bentuk. Soal satu soal kadang terkait dengan soal sebelumya. Yang diukur dalam tes ini adalah kemampuan daya tangkap Anda dalam menerima dan melaksanakan instruksi dengan cepat dan tepat. Tipsnya : konsentrasilah kepada apa yang dikatakan narator, karena narator tidak akan mengulang instruksi tersebut dan waktu yang diberikan sangat terbatas. Sabar, jangan terburu menjawab, sebelum narator selesai memberikan instruksi.
Contoh:
Narator akan mediktekan soal sebagai berikut : “Coretlah angka ganjil dalam kotak dan coretlah angka genap yang berhuruf dalam lingkaran, kerjakan!” dan pada lembar jawaban akan diberikan gambar sebagai berikut:


Belom nyambung ma pelajarannya, ngerasa ketinggalan jauh banget ma yang lainnya, gambaran ngebuat alat ukur aja belum ada, step-step untuk buat alat ukurnya masi bingung, gimana kabar tugas sebelum UTS nanati?ngebuat proposal pembuatan alat ukur. Walaupun untuk tau temanya, tapi masi banyak yang belum tau, searching2 juga belum ngerti dan belum maksimal googlingnya.

Posted in , by at Thursday, October 11, 2012.

One Response to “Konstruksi Alat Ukur - Pert. 4”

  1. seta says:

    Semangat Pagi...tulisan yang bagus dan lengkap...terkait pembuatannya alat ukur psikologi, kita akan sama-sama menjalaninya...sama dengan saya, masih banyak belum tahu...yuuuk kita cari tahu lebih banyak...bersama. tetap berbagi ya Bu...

Leave a Reply