Konstruksi Alat Ukur - Pert. 6

Blue Print
Tujuan: Merumuskan ruang lingkup dari indikator perilaku yang akan diteliti, bagian-bagiannya sehingga memuidahkan peneliti dan menjadi petunjuk yang efektif.

Penulisan Aitem:
  1. Kalimat yang sederhana dan jelas
  2. Aitem jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda
  3. Penulisan aitem harus mengacu pada indikator
  4. Isi aitem tidak boleh mengandung social desirability (kecenderungan normatif sosial pada umumnya)
  5. Untuk menghindari stereotip jawaban dibuat pernyataan favorable dan unfavorable

Validitas dan reliabilitas
Reliabilitas = konsistensi hasil pengukuran saat instrument pengukuran digunakan oleh seseorang atau beberapa orang yang sama dalam waktu berlainan/bersamaan.
Reliabilitas ada 3 metode:
  1. Metode Uji ulang
  2. Metode bentuk parallel
  3. Metode Pengujian satu kali
Beberapa rumus yang sering digunakan untuk mengestimasi reliabilitan:
-          Rumus Spearman-Brown
Terdapat hubungan yang sistematik antara panjang tes dengan reliabilitasnya, oleh akrena itu reliabilitas tes dapat diprediksi dengan panjang tesnya.
-          Rumus Kuder-Richard
Hanya untuk dikotomi, dengan menggunakan statistic butir berusaha mengmbangkan rumus-rumus untuk mengestimasi reliabilita tes. Dari usahanya mereka berhasil mengemukakan banyak rumus dan setiap rumusnya ia beri nomor urut dan diterbitkan dalam jurnal psikometrika. Dari sejumlah rumus yang ia kemukakan yang kemudian terkenal dan banyak digunakan orang adalah rumus yang bernomor urut 20 dan 21, kedua rumus tersebut kemudian dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.
-          Rumus Alpha Cronbach

Validitas
Sejauh mana instrument tersebut mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur
  1. Validitas isi: sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan tes yang akan diukur
  2. Validitas konstrak: validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengukur trait/konstruk teoritik yang akan diukur
  3. Validitas berdasarkan criteria: validitas suatu tes diperlihatkan oleh adanya hubungan skor pada tes yang bersangkutan dengan skor suatu kriteria
Peluang sudah ada, namun kita terjebak di dalam rutinitas dan mengikuti irama kerja yang tidak kreatif, minim inovasi bahkan ”takut keluar jalur”, itulah yang menyebabkan ”kematian kreatifitas”. Hal.23. Carl Schurz mengatkan, ”Ide sama seperti bintang, kita tidak pernah meraih bintang-bintang tersebut, tetapi sama seperti pelaut, kita memetakan arah kita berdasarkan bintang-bintang di langit.....”. Hal.25. Beranilah untuk memikirkan pikiran yang tidak terpikirkan.Hal.26. Seorang filsuf, Spirella mengatakan: ”Tidak ada kegairahan dalam pelayaran yang mudah ketika langit bersih dan biru. Tidak ada kesenangan dengan sekadar mengerjakan hal-hal yang siapa pun dapat kerjakan. Namun, ada kepuasan yang sangat manis untuk diambil, ketika Anda mencapai tujuan yang Anda pikir tidak akan pernah Anda capai”.Hal.27.(Parlindungan Marpaung, Setengah Utuh Setengah Pecah)

at Monday, October 22, 2012. No Comments

Konstruksi Alat Ukur - Pert. 5

Pengukuran

Tes psikologi menurut Cronbach: tes performansi maksimum (performansi kinerja terbaik yang ditunjukkan individu) dan tes performansi tipikal(mengungkap sikap-sikap kepribadian sehingga tersamar dan tidak terstruktur. Inilah yang diukur dengan skala psikologi).

Teori yang diambil tidak boleh faktor-faktor yang mempengaruhi namun mesti indikator-indikator perilaku yang nampak.

Skala psikologi banyak kelemahan dan perlu validitas dan reliabilitas yang tinggi, karena:
  1. Atribut psikologi bersifat laten dan tidak mempunya eksistensi riil
  2. Atribut psikologi ditulis berdasarkan indikator perilaku yang jumlahnya terbatas
  3. respon yang diberikan subjek terhadap stimulus dalam skala psikologi sedikit banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak relevan
  4. atribut psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi
  5. interpretasi terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif


ANGKET

SKALA
1
Data yang diungkap berupa fakta
1
Data yang diungkap berupa konstruks atau konsep psikologis
2
Pernyataan dalam angket bersifat langsung mengarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data tersebut berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden.
2
Pernyataan dalam skala bersifat tidak langsung dan untuk memancing jawaban yang merupakan proyeksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari
3
Responden tahu persis apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa yang dikehendaki oleh pertanyaan tersebut
3
Sekalipun responden memahami isi pertanyaan dalam skala, namun responden tidak mengetahui arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut.
4
Jawaban terhadap angket tak dapat diberi skor (dalam arti kualitas/kuantitas) melainkan diberi angka coding atau klasifikasi jawaban
4
Jawaban terhadap item diberi skor melalui proses penskalaan
5
Satu angket dapat mengungkap informasi mengenai banyak hal (banyak variabel)
5
Satu skala hanya mengungkap atribut tunggal (satu variabel / unidimensional)
6
Data yang diperoleh dengan angket tidak perlu diuji validitas dan reliabilitasnya secara psikometris
6
Data yang diperoleh dengan skala perlu divalidasi secara psikometris. Karena isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala lebih terbuka terhadap error.
7
Validitas dan reliabilitas angket tergantung pada kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan
7
Validitas dan reliabilitas skala tergantung pada kejelasan konsep atribut yang hendak diukur dan operasionalisasinya.


Posted in , at Friday, October 19, 2012. 1 Comment

Review Interpersonal Skill


Sulit membayangkan profesi yang tidak memerlukan interaksi dengan orang lain. Bagaimanapun kamu akan memerlukan komunikasi interpersonal setiap hari – untuk menghandle complain dari client, untuk meyakinkan boss, atau untuk menenangkan yang sedang gundah.

INTERPERSONAL COMMUNICATION DEFINED
Komunikasi Interpersonal adalah proses transaksi yang terjadi ketika dua orang menggunakan pesan lisan dan nonlisan untuk membuat suatu pemahaman dan saling mempengaruhi untuk memanage sebuah hubungan.
Interpersonal communication [IPC] telah diartikan dengan berbagai cara. Beberapa fisolog mengartikan, IPC didasari dari situasi dan jumlah partisipan yang terlibat [contoh, Miller, 1978]. Dengan menggunakan definisi dari Miller, IPC terjadi antara dua individu ketika mereka berdekatan, mampu memberikan feedback secara spontan dan memanfaatkan seluruh panca indra yang ada.
IPC juga diartikan sebagai tingkat ‘personalness’, mempersepsikan kualitas dari interaksi yang diberikan [contoh, Peters, 1974]. Menurut Peters, IPC memuat komunikasi personal dan terjadi antara orang yang memiliki hubungan lebih dari teman biasa.
Pandangan lain mengenai IPC adalah, IPC memuat komunikasi yang digunakan untuk mengartikan atau mencapai tujuan per-individu melaui interaksi dengan orang lain [contoh, Canary, Cody & Manusov, 2003].
Sementara itu, apakah sebetulnya tujuan mempelajari teori Komunikasi Interpersonal? Kita masih berselisih pendapat bahwa IPC meliputi sejumlah dari definisi ini. Komunikasi Interpersonal mencakup seluruh pesan yang terjadi diantara dua orang. Pesan IPC digunakan untuk memulai, mengartikan, merawat, atau hubungan lebih lanjut.
IPC lebih dari sekedar berkata sopan kepada penjaga toko lalu bergegas pergi dan tidak terlihat lagi, IPC mengacu kepada konten dan kualitas dari pesan yang disampaikan dan kemungkinan dari development relationship lebih jauh.

SYSTEM PERSPECTIVE
Realitanya, system teori digunakan untuk menjelaskan hampir seluruh konteks komunikasi, termasuk grup kecil dan komunikasi organisasi. Inti dari seluruh pendekatan system adalah focus pada keadaan saling bergantungan yang terus berkembang kapanpun orang berinteraksi dengan yang lainnya.
Assumptions of The Systems Perspective
Pusat asumsi dari system adalah komunikasi yang berarti system tsb dibuat terus menerus [Monge, 1973]. Selain itu, system approaches menyediakan pendekatan macro dan micro untuk mempelajari komunikasi yang mengambil tepat di sebuah hubungan.
Pada pendekatan macro, system approaches dapat membuat kita lebih mengenal institusi social yang lebih besar dan bahkan mempengaruhi grup yang lebih kecil seperti keluarga. Pada pendekatan micro, system theory menyediakan cara bagaimana untuk mengerti hubungan antar individu yang dapat mempengaruhi keseluruhan grup.
Pendeknya, system approach memusatkan pada pengaruh antara system member, dan juga antara subsystems, systems, dan suprasystems.
System adalah grup individual yang saling berhubungan untuk membentuk keseluruhan [Hall & Fagen, 1968]. Contoh dari system adalah keluarga, grup kerja, dan tim olahraga.
Subsystem adalah bagian yang lebih kecil dari sebuah grup sebagai kelengkapan, contohnya line bertahan dari tim football, atau orang tua di keluarga.
Suprasystem adalah system yang lebih besar dimana system beroperasi, contohnya Liga Football National, merupakan suprasistem untuk setiap individual tim football.

COMPONENTS OF INTERPERSONAL COMMUNICATION
Kunci dari komunikasi interpersonal adalah sumber, penerima, pesan, gangguan, feedback dan konteks.
  • Source – source adalah orang yang memiliki pikiran atau perasaan dan ingin mengungkapkan idenya ke orang lain. Cara terbaik untuk mengekspresikan diri disebut “encoding”, yang berarti sebuah proses mengeluarkan pikiran anda dan mengolahnya menjadi lisan dan non lisan.
  • Receiver – orang yang mendengarkan atau menerima pesan adalah receiver. Receiver bertanggung jawab untuk meng-“decode” pesan, dimana dia menafsir dan mengevaluasi pesan dari orang lain.
  • Message – kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan pesan lisan dan non lisan. Dengan pesan lisan berarti bahasa. Dan non lisan bisa diartikan sebagai non bahasa.
  • Channel – pesan lisan dan non lisan dikirimkan melalui source ke receiver melalui channel, yang berarti jalur pesan dan biasanya mencakup panca indra kita: visual/penglihatan, auditory/pendengaran, tactile/sentuhan, dan olfactory/penciuman.
  • Noise – apapun yang akan mengganggu proses komunikasi maka dihitung sebagai noise. Mulai dari fisik seperti suara handphone di tas, hingga psikologi seperti melamun.
  • Feedback – responmu akan pesan orang lain baik lisan dan nonlisan disebut sebagai feedback. Tanpa feedback, komunikasi akan kurang efektif. Feedback dapat mencari informasi tambahan atau mengkonfirmasi bahwa pesan telah dipahami.
  • Context – lingkungan komunikasi fisik, psikologi, dan historical disebut sebagai context. Setiap komunikasi mengambil tempat di context, dan context mempengaruhi bagaimana orang berkomunikasi. Sebagai contoh, kamu memberitahu temanmu tentang suatu masalah pada rekan kerjamu. Bahasa dan sikap yang kamu gunakan akan tergantung dimana kamu berada [contoh: kantor, cafĂ©, tempat tidur], seberapa lama kamu mengenal orang itu [historical], dan context psikologi atau dua personality dari kedua orang yang berkomunikasi.

IDENTIFYING NATURE / NURTURE INTERSECTIONS OF INTERPERSONAL COMMUNICATION
Para peneliti telah memberi nama pengaruh biological sebagai “nature” dan pengaruh cultural sebagai “nurture”.
  • Nature Influences – peneliti komunikasi mulai mengerti bagaimana gen yang diwariskan mempengaruhi personality dan tingkah laku dalam berkomunikasi. Ketika kamu mendengar opini temanmu tentang bagaimana suara atau sikapmu mirip seperti ayah atau ibumu, mereka merujuk akan dampak biologi pada cara komunikasimu.
  • Nurture Influences – “budaya” adalah pengetahuan, keinginan, sikap, kepercayaan, nilai, dan norma yang dipelajari dan dibagi pada sebuah kelompok. Bagaimana orangtua dan anggota keluarga lain membesarkanmu, kamu belajar budayamu.
VALUING INTERPERSONAL COMMUNICATION
Kemampuan akan Interpersonal Communication merupakan sebuah kemampuan kehidupan [life skills]. Bagaimanapun kamu belajar atau mengejar tujuan personal maupun professional, kamu akan menggunakan skill ini pada kehidupan sehari-hari.
Di rumah, kamu perlu keluarga untuk menyediakan emotional support dan turut mengambil bagian dalam mengatur rumah tangga. Di tempat kerja, kamu perlu manager dan co-worker untuk membantumu mencapai target.
Tanpa komunikasi, hubunganmu akan terputus atau bahkan berhenti. Tidak hanya akan mengembangkan life skill interpersonal communication yang membantumu tetap sehat secara fisik dan psikologikal, life skill ini juga akan membantumu dirumah, maupun di tempat kerja.
  • Enhances The Quality of Your Physical Health – orang yang telah menguasai kemampuan interpersonal communication lebih sehat dibanding orang dengan kemampuan interpersonal yang kurang. Telah terbukti kalau kemampuan interpersonal communication mengurangi rasa kesepian dan kesepian sangat berhubungan dengan masalah fisik dan psikologi.
  • Enhances The Quality of Your Personal Life – hasil dari penelitian, para orang tua yang berbagi pikiran dan perasaan dengan anak-anaknya, memiliki anak dengan emotional, kehidupan academical dan social yang lebih tertata. Selain itu, para remaja memiliki simtom depresi yang lebih rentan  ketika mereka merasa mendapatkan komunikasi dan kepercayaan yang rendah dari orang tuanya.
  • Enhances The Quality of Your Professional Life – kehidupan dalam dunia kerja jauh lebih berbeda dan bagi para orang dengan kemampuan interpersonal skill yang lebih baik akan lebih dapat bekerja dengan orang  yang berbeda-beda. Menurut survey dari “University of Pittsburgh’s Katz Business School”, kemampuan interpersonal communication merupakan penyumbang utama dalam kesuksesan dunia kerja.
·         CHARACTERISTIC OF INTERPERSONAL COMMUNICATION
·         Tiga karakteristik yang penting pada interpersonal communication adalah “content dan relational levels, impersonal dan intimate continuum”, dan “irreversible dan unrepeatable”.
·          
·         INTERPERSONAL COMMUNICATION CREATES MEANING ON CONTENT AND RELATIONAL LEVELS
·         Pesan membuat dua arti pada level yang berbeda: “content” dan “relational”. Level content pada pesanmu adalah apa isi dari pesanmu dan biasanya disampaikan menggunakan secara lisan.
·         Level relational *tidak* focus kepada apa yang diucapkan tetapi *bagaimana* pengucapannya atau penyampaiannya. Dengan begini, relational bisa diartikan sebagai pesan non lisan, seperti kontak mata, posture tubuh dan nada bicara.
·          
·         INTERPERSONAL COMMUNICATION OCCURS ON AN IMPERSONAL-INTIMATE CONTINUUM
·         Pada kehidupan sehari-hari, kamu akan menemukan hubungan. Meskipun setiap hubungan memerlukan komunikasi, tidak semua hubungan memerlukan interpersonal communication. Sebagai contoh, lihat gambar dibawah ini:

·         Zona biru adalah hubungan yang tidak terpengaruh pada perasaan pribadi [impersonal relationship] seperti hubunganmu dengan pekerja alfa-mart. Hubunganmu hanya sekedar menyapa, membayar bon dan selesai.
·         Sayangnya, beberapa dari impersonal relationship ini dapat terjadi tanpa pesan lisan dan hanya dengan pesan non lisan minimal. Sebagai contoh, saat kamu membeli barang dan akan membayar ke kasir, kamu tidak mengucapkan sepatah kata atau membuat kontak mata.
·         Zona kuning adalah hubungan yang lebih intim seperti hubunganmu dengan pasangan atau teman baikmu. Dengan interpersonal communication, intimasi dapat dicapai disegala macam hubungan, termasuk pertemanan, rekan, dan keluarga.
·         Saat kamu dan partnermu mulai berbagi informasi dan berbincang lebih dalam, kamu akan melihat hubunganmu lebih intim [erat]. Kamu tau kalau kamu lebih intim dengan seseorang ketika kedua belah pihak termotivasi untuk menghabiskan waktu bersama dan saling berinteraksi.
·         Zona hijau adalah bagian dari hubunganmu, ada yang lebih dekat ada yang biasa saja. Semakin kamu dekat ke kanan, maka semakin intim hubunganmu dengan seseorang.
·          
·         INTERPERSONAL COMMUNICATION IS IRREVERSIBLE AND UNREPEATABLE
·         Karena interpersonal communication adalah sebuah proses terus menerus, maka merupakan sebuah hal yang tidak dapat diubah [irreversible] dan diulang [unrepeatable]. Kamu mungkin pernah mengatakan sesuatu yang buruk kepada seseorang, lalu kamu mengucapkan “saya tidak bermaksud mengatakan itu”. Namun sayangnya kamu tidak dapat menarik kembali kata yang telah terucapkan.
·         Sedangkan yang dimaksud dengan unrepeatable, jika kamu pernah mencoba membahas kembali sebuah momen special dengan seseorang, kamu menyadari bahwa hampir tidak mungkin untuk membuat kembali moment tersebut. Meskipun kamu mencoba membuat ulang acara tsb dengan menu makanan yang sama, music yang sama, kostum yang sama, akan tetap terasa berbeda.
·         Beberapa hal yang menyebabkan ‘rasa berbeda’ ini adalah kamu dan temanmu bukan orang yang sama dengan kalian pada satu minggu yang lalu karena telah banyak yang terjadi. Mungkin juga kalian tidak merasakan perasaan yang sama. Atau temanmu memiliki pikiran akan pekerjaannya. Segala factor contextual dan psychological inilah yang membuah moment sulit untuk dibuat kembali.

PERSONALITY AND INTERPERSONAL COMMUNICATION
Personality memainkan peran penting dalam interpersonal communication. Psikologis Carl Jung mengatakan, “pertemuan dua personality seperti pertemuan antara dua zat kimia; jika ada reaksi, maka keduanya akan berubah”.
Personality merupakan sebuah makeup psikologi dari sebuah individu, sebuah profil yang mencerminkan pengalaman, motivasi, tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan keinginan. Personality / kepribadianmu merupakan kombinasi dari aneka sifat yang dapat dibedakan di setiap individu.
Sebagai contoh, tidak ada orang yang memiliki kepribadian mirip seperti dirimu. Cara kamu berkomunikasi adalah ekspresi dari kepribadianmu.

UNDERSTANDING YOUR PERSONALITY

Psikologis “Robert McCrae” dan “Paul Costa” mengidentifikasi dan memberikan nama dari koleksi kepribadian yang disebut sebagai “Big Five Model of Personality”, yaitu: openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism.
Menurut McCrae dan Costa, kepribadianmu adalah gabungan dari kelima model ini dan tiap model memiliki peran yang lebih besar disbanding yang lainnya pada caramu berkomunikasi.
  • Openness – orang yang terbuka memiliki keingintahuan intelektual, apresiasi akan seni, dan lebih imajinatif serta kreatif. Mereka menikmati menjadi sesuatu yang unik, dan Individu yang terbuka juga biasanya lebih individualistis dan ceroboh.
  • Conscientiousness – orang yang teliti terpengaruh oleh target, mereka mempersiapkan rencana dan bekerja keras untuk mencapai tujuannya. Mereka juga terkesan perfeksionis dan workaholic.
  • Extraverson – orang yang enerjik suka berbicara dan bersosialisasi. Mereka memiliki orientasi individual untuk selalu mengucapkan *iya* pada kesempatan yang menarik. Individual ini suka menegaskan dan menarik perhatian.
  • Agreeableness – orang yang mudah setuju biasanya positive dan popular. Mereka mudah bergaul dan dianggap bersahabat, dermawan, dan siap membantu ketika dibutuhkan.
  • Neuroticism – tipikal individu ini mudah mengalami kegelisahan, marah, dan depresi. Reaksi emotional mereka biasanya sangat intens. Mereka memiliki focus perhatian yang negative, yang berarti mereka lebih focus kepada hal negative dan mengabaikan aspek positive dari lingkungannya.



Posted in , at Saturday, October 13, 2012. No Comments

Konstruksi Alat Ukur - Pert. 4

Personality and Measurement

Pengukuran yaitu membandingkan objek yang mau diukur dengan skalanya. Dalam kontalu kita akan membuat skalanya, apakah valid dan reliabel atau tidak. Dalam konstruk psikologi, dibagi menjadi 2 macam tes: tes intelegensi/IQ/kecerdasan dan tes personality.

Tes prestasi belajar yaitu keberhasilan belajar pada saat itu. Sudah ada silabus dan kompetensi, jadi ujian mengarah ke kompetensi tersebut.
Pandangan Spearman (1927) mengenai inteligensi ditunjukkan dalam teorinya yang dikenal dengan nama teori dua faktor. Penjelasannya mengenai teori ini berangkat dari analisis korelasional yang dilakukannya terhadap skor seperangkat tes yang mempunyai tujuan dan fungsi ukur yang berlainan. Hasil analisisnya memperlihatkan adanya interkorelasi positif di antara berbagai tes tersebut. Menurut Spearman, interkorelasi positif itu terjadi karena masing-masing tes tersebut memang mengukur suatu faktor umum yang sama, yang dinamainya faktor g. Namun demikian, korelasi-korelasi itu tidaklah sempurna sebab setiap tes, di samping mengukur faktor umum yang sama, juga mengukur komponen tertentu yang spesifik bagi masing-masing tes tersebut. Faktor yang spesifik dan hanya diungkap oleh tes tertentu saja ini disebut faktor s.
Misalnya orang yang sudah lulus sarjana IQ G Factornya 73, skor itu bisa jadi tekniknya yang salah, mungkin pada saat tes terlalu banyak orang, spekernya tidak bagus, duduknya paling ujung dan jauh sehingga instruksi yang diberikan tidak terdengar. Tapi jika sudah tes individual dan tempatnya juga nyaman, nmaun tetap mendapatkan skor 73 berarti tidak memiliki motivasi untuk mengerjakan soal.

Isu pendidikan kita yang paling aktual pasca diumumkannya hasil Ebtanas sekolah menengah, khususnya SMU,  adalah penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi.  Sekarang ini para lulusan sekolah menengah kita sedang sibuk menyiapkan diri untuk menembus dinding perguruan tinggi,  Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ataupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS),  yang dianggap dapat mengembangkan kemampuannya untuk menggapai cita-cita.
Di sisi lainnya pihak perguruan tinggi sendiri tengah menghadapi persoalan tentang bagaimana metode menciptakan sistem seleksi yang efektif hingga kandidat yang tersaring menggunakan alat testing yang dibuat benar-benar kandidat yang bermutu;  dalam pengertian (kandidat) mahasiswa baru dengan potensi akademik yang pantas. Kiranya memang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat inipun masih banyak perguruan tinggi yang mengaplikasi sistem seleksi mahasiswa baru di dalam tahapan formalistik saja.
Secara empirik ada berbagai jenis alat seleksi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi kita;  misalnya saja PTN pernah menerapkan tes model Proyek Perintis (PP), Sipenmaru, UMPTN, dsb,  sementara itu ada beberapa PTS yang dalam menseleksi kandidat mahasiswa baru menggunakan tes psikologis (psycho-test), tes bakat, tes kemampuan abstraksi, tes pengetahuan umum, dsb. Lebih daripada itu Tes Potensi Akademik (TPA) yang dibuat oleh Overseas Training Office (OTO) pun sekarang mulai "masuk kampus".  Beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat mengembangkan sistem seleksi dengan Graduate Record Examination (GRE), Test of Writing Ability (TWA), dsb.
http://journal.amikom.ac.id/index.php/Koma/article/view/3416

Adapun, Tes Potensi Akademik ini umumnya memiliki empat jenis soal. Yaitu, tes verbal atau bahasa, tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar.
Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata.
Tes angka berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita.
Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram.
Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya logika ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini meliputi antara lain tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar dan tes identifikasi gambar.
http://carabelajardesainweb.blogspot.com/2011/05/pengertian-tes-potensi-akademik-tpa.html
Contoh soal TPA:








Salah satu perbedaan antara tes CFIT,APM dengan IST,TKD yaitu pada IST dan TKD perlu dibuatkan norma sedangkan pada CFIT,APM tidak perlu dibuatkan norma karena tes tersebut bebas budaya.

CFIT

Dikembangkan oleh R.B Cattell (1973), merupakan tes adil budaya (culture fair), CFIT dirancang untuk mengurangi pengaruh kecakapan verbal, perbedaan budaya, dan tingkat pendidikan (Cattell dalam Kumara, 1989)
  • Subtes 1 (Sistematika berpikir), Kemampuan berpikir runtut untuk memahami rangkaian permasalahan yang berkesinambungan.
  • Subtes 2 (Ketajaman diferensiasi), Kemampuan mengamati hal-hal detil secara tajam dan berpikir kritis untuk mengidentifikasi permasalahan.
  • Subtes 3 (Asosiasi), Kemampuan analisa untuk menghubungkan dua atau lebih permasalahan yang serupa.
  • Subtes 4 (Pemahaman konsep), Kemampuan memahami prinsip untuk diterapkan ke dalam situasi yang berbeda.
CFIT digunakan untuk mengukur Fluid Ability (kemampuan kognitif yang bersifat herediter). Kemampuan ini, di dalam perkembangannya, akan mempengaruhi Crystallized Ability.
Crystallized Ability = kemampuan kognitif yang diperoleh di dalam interaksi individu dgn lingkungan.
Sehingga, seberapa jauh kemampuan kognitif ssorg nantinya akan tergantung dari seberapa jauh keadaan Fluid ability + Crystallized Ability.

APM(Advanced Progressive Matrices)
Raven Progressive Matrices. Tes ini pertama kali diciptakan oleh John C. Raven tahun 1938 dan pertama kali digunakan untuk Angkatan Bersenjata Inggris dalam Perang Dunia II. Tes ini adalah tes non-verbal untuk mengukur kemampuan memahami dan melihat hubungan antara bagian gambar dengan mengembangkan pola pikir yang sistematis. Tes ini dianggap sebagai culture fair test (adil untuk semua budaya) karena mampu meminimalkan pengaruh budaya tertentu. Jenis tes ini terbagi menjadi tiga yaitu yaitu Standard Progressive Matrices tujuannya untuk mengukur Colors Progressive Matrices, Advenced Progressive Matrices.
Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior. Tes ini digunakan untuk orang normal tanpa batasan waktu. Unutk mengukur kemampuan observasi dan clear thinking. Jika tes ini dipergunakan dengan batasan waktu tertentu selama 40 menit misalnya, berarti untuk kecepatan dan ketepatan kemampuan intelektual.
Tes APM dapat disajikan secara individual maupun secara klasikal. Tes APM terdiri dari 2 set dan berntuknya non-verbal. Set I disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes.


IST(Intelligence Structure Test)
Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankurt pada tahun 1953. IST merupakan salah satu tes untuk mengukur inteligensi, secara umum juga untuk mengukur aspek-aspek kemampuan secara khusus (kemampuan verbal, berhitung, kreatifitas, memori, daya baying ruang, dll). Ada 9 subtes, kegunaan masing-masing subtes:
  • SE (Satzergaenzung), kemampuan dalam menilai arti apakah ia salah atau mandiri, baik dalam pengambilan keputusan, mampu menggunakan informasi yang ada dan memaknainya.
  • WA (Wortauswahl), kemampuan dalam menangkap inti bahasa, cukup menghayati bahasa dan berempati dan cukup dalam memahami pengertian. Testee cukup baik dalam menangkap dan menyerap maksud, inti, makna ataupun isi pokok dari perintah atau instruksi dan informasi yang disampaikan secara verbal oleh orang lain.
  • AN (Analogien), kemampuan dalam menghubungkan, mengkombinasi, fleksibilitas/kelincahan pada pemecahan masalah, mampu untuk mengubah cara berpikir misalnya induktif ke deduktif atau sebaliknya, konsekuen dan berpikir logis yang mendalam. Baik dalam proses berfikir yang mencakup: analisis, judgment dan kesimpulan.
  • GE (Gemeinsamkeiten), kemampuan dalam bernalar secara logis serta cukup baik menyatakan pengertian dalam bahasa, mampu menyatakan pemahaman dan mencari inti permasalahan dengan menggunakan bahasa, mampu abstraksi bahasa.
  • ME (Merkaufgaben), kemampuan dalam konsentrasi, memperhatikan, menyimpan atau mengingat kata-kata yang telah dipelajari/daya ingat.
  • RA (Rechenaufgaben), kemampuan dalam berpikir praktis dalam berhitung, berpikir matematis, memecahkan masalah praktis dengan berhitung, berpikir runtut dalam membuat kesimpulan.
  • ZR (Zahlenreinhen), kemampuan dalam berpikir teoritis dengan berhitung, berpikir induktif dengan angka-angka, fleksibilitas berpikir menggunakan angka, kelincahan, fleksibilitas dan kemampuan berfikir dengan mengubah atau menggantikan cara atau pendekatan, komponen-komponen ritmis atau berirama.
  • FA (Figurenauswahl), kemampuan dalam membayangkan secara menyeluruh, cukup dalam berimajinasi visual, kreativitas, berpikir konstruktif.
  • WU (Wuerfelaufgaben, kemampuan dalam bidang daya bayang ruang, berpikir teknis-konstruktif, analitis, cukup dalam  antisipatif terhadap perubahan keadaan ruang, kreativitas, imajinasi, fleksibilitas. Kreatif dan cukup mampu menyusun /mengkonstruksikan perubahan, imajinasi dan fleksibilitas berfikir.


Tes Kemampuan Diferensial(TKD)
Dibawah tahun 1976 dikenal dengan nama TINTUM’69. Bentuk tes Intellegensi Umum. Tahun 1976 diteliti oleh Wibowo, S. dan ternyata TINTUM’69 cocok untuk mengetahui Kemampuan Differensial. Tahun 1976 TINTUM’69 dirubah namanya dengan “Tes Kemampuan Differensial”. Digunakan untuk seleksi calon mahasiswa, seleksi calon karyawan, termasuk promosi & mutasi karyawan. Disusun berdasarkan teori “Multiple Factor” dari Thurstone, L.L., & Thurstone, T.G. (1941).
Kegunaan masing-masing subtes:
  • Comprehension, kemampuan dalam bersikap terhadap situasi sosial praktis dan judgement.
  • Information, kemampuan dalam mewaspadai dunia luar, ruang lingkup pengetahuan, minat, perhatian terhadap lingkungan dan daya ingat terhadap masa lampau.
  • Analogi Verbal, kemampuan dalam logika bahasa, daya abstraksi dan analogi berpikir verbal.
  • Logika, kemampuan dalam bernalar secara logis, menempatkan hal-hal rasional dan mampu beradaptasi.
  • Aritmatika, kemampuan dalam penalaran hitung, berhitung dengan angka dan teliti.
  • Deret Angka, kemampuan dalam penalaran hitung dengan angka, logika berpikir dan nonverbal, daya abstraksi dan ketelitian.
  • Sinonim, kemampuan dalam berpikir analogis dan kritis terhadap situasi.
  • Mencari Ketidaksamaan, kemampuan dalam diskriminasi dan generalisasi dalam berpikir.
  • Completition, kemampuan dalam bidang daya bayang ruang dan persepsi keruangan.
  • Perception, kemampuan dalam ketepatan persepsi kritis terhadap pembedaan 2 gambar.

Army Alpha Intelegence Test
Tes ini terdiri atas 12 soal yang berisi kombinasi deretan angka dan deretan bentuk. Soal satu soal kadang terkait dengan soal sebelumya. Yang diukur dalam tes ini adalah kemampuan daya tangkap Anda dalam menerima dan melaksanakan instruksi dengan cepat dan tepat. Tipsnya : konsentrasilah kepada apa yang dikatakan narator, karena narator tidak akan mengulang instruksi tersebut dan waktu yang diberikan sangat terbatas. Sabar, jangan terburu menjawab, sebelum narator selesai memberikan instruksi.
Contoh:
Narator akan mediktekan soal sebagai berikut : “Coretlah angka ganjil dalam kotak dan coretlah angka genap yang berhuruf dalam lingkaran, kerjakan!” dan pada lembar jawaban akan diberikan gambar sebagai berikut:


Belom nyambung ma pelajarannya, ngerasa ketinggalan jauh banget ma yang lainnya, gambaran ngebuat alat ukur aja belum ada, step-step untuk buat alat ukurnya masi bingung, gimana kabar tugas sebelum UTS nanati?ngebuat proposal pembuatan alat ukur. Walaupun untuk tau temanya, tapi masi banyak yang belum tau, searching2 juga belum ngerti dan belum maksimal googlingnya.

Posted in , at Thursday, October 11, 2012. 1 Comment

Kesalahan komunikasi

Komunikasi non verbal (Non verbal communication)
Dalam komunikasi non verbal informasi disampaikan dengan menggunakan isyarat (gestures), gerak-gerik (movement), sesuatu barang, waktu, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukkan suasana hati atau perasaan pada saat tertentu. Misalnya, pada saat seseorang sedang sakit, atau mungkin sedang stres. Beberapa Komunikasi Non Verbal
  1. Cara berpakaian : komunikasi dengan penampilan. Kita sering mendengar pernyataan "Pakaian menunjukkan apakah ia laki-laki atau perempuan", dan kita mungkin akan memperhatikan bahwa model pakaian mengkomunikasikan sesuatu.
  2. Waktu : menantikan saat Mekanisme lainnya dalam komunikasi  non verbal dalam suatu organisasi adalah penggunaan waktu. Misalnya pada saat kita akan pergi ke dokter atau dokter gigi. Biasanya kita akan memperhatikan waktu, dan di sana biasanya disediakan ruang tunggu. Mengapa kita harus menunggu dokter itu? Karena ia mempunyai keahlian khusus yang dapat meningkatkan pendapatannya dengan memberikan. Akibatnya, waktunya telah diatur sedemikian rupa agar efisien dan menyenangkan.
Tidak hanya dokter yang menyediakan waktu seperti ini. Tetapi orang-orang yang memiliki keahlian lainnya juga menyediakan waktu-waktu tertentu. Misalnya lawyer/penasehat hukum, notaris, konsultan intellectual property (merk, paten), konsultan pajak, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya ada juga individu-individu dengan posisi yang tinggi, dalam menyampaikan/mengkomunikasikan ide-idenya menggunakan waktu yang baginya mempunyai nilai yang lebih dibandingkan dengan lainnya, dengan menjadikan orang lain menunggunya.
Dalam masyarakat kita, penyebutan suatu waktu menandakan pesan tertentu tentang jam berapa seharusnya kita berdua/bertiga dst bertemu. Misalnya: waktu "besok" untuk orang Jawa berarti waktu yang akan datang. Namun bagi orang Timor atau Batak menerjemahkan besok sebagai waktu 24 jam setelah hari ini. Misalnya:  dikatakan hari ini Senin, orang Jawa akan mengatakan: "Saya akan pergi besok hari Rabu". Bagi logika orang Timor dan orang Batak besoknya dari hari Senin adalah hari Selasa.

  1. Menggunakan tempat : Apa artinya bagi Saudara Seperti waktu, tempat membawakan komunikasi penting. Misalnya: seorang Kepala Biro, tentu menduduki meja kerja yang besar dengan ukuran tertentu dan bentuk-bentuk tertentu yang biasa disebut sebagai meja biro, di dalam satu ruangan yang besar. Sedangkan para staf atau pegawai biasa menduduki meja dengan ukuran yang lebih kecil, dan di suatu ruangan bersama-sama dengan rekan lainnya.
Demikian juga orang yang selalu duduk di kepala meja persegi panjang. Orang yang duduk di kepala meja mengkomunikasikan dirinya sebagai ”boss" (higher position).

Komunikasi non verbal juga dikatakan sebagai komunikasi bahasa tubuh  (kinesik).  Demikian menurut Cassagrande, O.Diane dalam bukunya Oral Communication (in technical professions and businesses),  (1986), sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku  Komunikasi Antar Pribadi, (1991).  Contoh lain misalnya, menunjukkan tanda dua jari sebagai "Victory", mengacungkan jempol sebagai "memuji".
Selain itu,  non verbal communication bisa juga sebagai illustrator. Misalnya, menunjukkan tingginya tubuh seseorang, atau gendutnya perut pelawak, atau rendahnya suatu pohon (bonsai). Ada juga gerak tubuh yang disebut sebagai  regulator  yaitu gerakan anggota tubuh untuk mengawasi aliran sesuatu informasi dari orang lain. Misalnya menggelengkan kepala tanda "tidak setuju" atau "tidak tahu" (apakah ini berlakuuntuk orang India?) dan menganggukkan kepala tanda "setuju". Dan yang terakhir gerakkan tubuh yang disebut sebagai  adaptor,  yang menunjukkan gerakan-gerakan spesifik dari seseorang yang sudah kita kenal betul. Misalnya menopang dagu tanda sedang bingung, mengusap rambut tanda kecewa.

Salah satu masalah yang akan saya ketik kemudian tentang kesalahan dalam komunikasi nonverbal ketika kita berusaha ramah terhadap orang lain yang pastinya tidak hanya pada sesama jenis, namun juga ke lawan jenis. Senyuman dan sapaan ramah ternyata ditangkap sebagai hal yang spesial. Ternyata itu menjadi masalah di kemudian hari.

Itu salah satunya, benar-benar tidak maksimal dalam mengerjakan apa yang bapak berikanL hiks hiks, mungkin bisa saya tambahkan nantinya, moga-moga,amiin

at Tuesday, October 9, 2012. No Comments

Konstruksi Alat Ukur - Pert. 3

Tes Prestasi Belajar

Definisi
Tes Prestasi Belajar: salah satu alat ukur hasil belajar yang dapat mencakup semua kawasan tujuan pendidikan (kognitif, afektif dan psikomotorik) –Benyamin S. Bloom. Tes prestasi belajar untuk mengungkap apa yang oleh Cronbach disebut Performansi Maksimal Subjek.

Tes prestasi belajar merupakan kegiatan pengukuran hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan tes prestasi belajar inilah, maka guru dapat mengevaluasi program pembelajaran yang sudah disusun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk proses penyelenggaraan selanjutnya. Berdasarkan konsep dasar pembelajaran dan aspek utama yang diinginkan mengalami perubahan dalam proses pembelajaran, maka tes prestasi belajar dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) kelompok dasar, yaitu:
  1. Tes kemampuan Afektif
Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi belajar yang diarahkan untuk mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif pada siswa. Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Tes prestasi belajar pada aspek afektif ini terkait dengan moral, tingkah laku, kesehatan, dan berbagai nilai positif yang dimiliki sebagai bagian bangsa yang beradab.
  1. Tes kemampuan kognitif
Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes prestasi belajar yang terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama proses belajar yang diikuti, siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan. Untuk mengetahui hasil tes prestasi belajar siswa dalam aspek kognitif ini, maka dapat melihat dari hasil saat siswa mengikuti berbagai ujian atau tes yang diselenggarakan sekolah dan guru dalam waktu tertentu. Ujian atau tes prestasi belajar ini merupakan program integral dalam kurikulum sekolah.
  1. Tes kemampuan psikomotor
Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan keterampilan yang didapatkan siswa dari proses pendidikan dan pembelajarannya. Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini, maka kita dapat menentukan tingkat kemampuan siswa untuk bekerja, melakukan kegiatan kerja. Oleh karena itulah, maka tes prestasi belajarnya berupa kegiatan keterampilan. Dalam konteks ini, guru atau sekolah mengadakan tes prestasi belajar siswa dengan evaluasi praktek. Siswa harus melakukan kegiatan praktek terkait dengan kemampuan yang harus dimiliki siswa.
Sumber: http://www.anneahira.com/tes-prestasi-belajar.htm

Cara mengukur: diadakan ulangan-ulangan. Dibagi menjadi 2, tes formatif dan tes sumatif

Dua pendekatan untuk menilai tingkat prestasi belajar: penilaian acuan norma dan penilaian acuan kriteria.
Dalam penilaian acuan kriteria, setiap anak hanya dapat dibandingkan dengan Standar Kompetensi(SK) atau Kompetensi Dasar(KD). Jika dalam KD menyatakan bahwa seorang siswa harus mampu menuliskan sebuah kalimat dengan menggunakan huruf besar dan tanda baca, maka siapun yang telah mampu memenuhi kriteria tersebut dinyatakan kompeten atau lulus mencapai KD yang dimaksud, tanpa harus membanding-bandingkan bagus-tidaknya tulisan tiap-tiap anak. Sebelumnya para guru lebih sering menggunakan penilaian acuan norma (PAN). Di mana penilaian didasarkan pada keberadaan siswa di dalam kelas, siswa A dibanding-bandingkan dengan siswa B dan rata-rata kelas. Contoh, si A mendapat nilai 8 sementara si B mendapat nilai 9, maka dengan serta merta si A dianggap tidak lebih pintar daripada si B. contoh lain, si C mendapat nilai 5 sementara teman-temannya yang lain mendapatkan nilai di bawahnya. Biasanya si C dianggap yang paling pintar dibandingkan dengan teman-temannya.
Sumber: http://sahabatguru.wordpress.com/2007/12/14/penilaian-acuan-kriteria-pak/

Model belajar mengajar:
Manfaat:
  1. Guru memperoleh gambaran tentang sasaran belajar apa yang diutamakan
  2. Membantu guru merumuskan perilaku siswa yang diharapkan dan yang dapat diukur atau dinilai
  3. Membantu guru mengambangkan cara dan alat evaluasi kegiatan belajar
  4. Menyusun rencana pendidikan
  5. Menyusun tugas-tugas siswa secara terpadu

Taksonomi:
  1. Taksonomi Bloom
Oleh Benjamin S. Bloom (1956).
Tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain:
    1. Cognitive domain, yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir,
·       Pengertian (Knowledge)
Tahap pertama pada Taksonomi Bloom. Pada tahap ini seseorang dapat mengenali pengertian, definisi, gagasan, atau fakta- fakta dari istilah tertentu. Misalkan : Phobia adalah ? Maka pada tahap ini kita akan memaknai phobia adalah ketakutan yang berlebihan pada sesesuatu yang tidak wajar.
·       Pemahaman (Comprehension)
Pada tahap ini seseorang sudah memahami sesuatu seperti sebuah gambaran, diagram, grafik, laporan, peraturan dan lain- lain. Misalkan ketika melihat grafik statistik penyakit phobia di Indonesia seseorang sudah bisa menterjemahkan kepada pemahamannya.
·       Aplikasi (Application)
Tahap ini seseorang sudah dapat menerapkan pengertian, metode, rumus, ke aplikasi nyata. Misalkan seseorang sudah bisa menjabarkan tentang seseorang yang memiliki penyakit phobia di kehidupan nyata misalnya cemas pada sesuatu atau seseorang sudah bisa menjelaskan statistik tentang penyakit phobia di Indonesia dengan menggambar grafik statistik.
·       Analisis (Analysis)
Selanjutnya pada tahap ini seseorang sudah dapat menganalisa informasi yang masuk dan membaginya dalam bagian- bagian. Misalnya seseorang dengan ciri- ciri menjadi cemas tiba- tiba di lingkungan luar atau di suatu acara maka seseorang sudah mampu menjawab soal tersebut dengan phobia sosial.
·       Sintesis (Synthesis)
Pada tahap ini seseorang sudah dapat menjabarkan struktur dan informasi yang belum terlihat sehingga menemukan sebuah solusi dari persoalan. Misalkan phobia sosial maka seseorang dapat menjabarkan faktor- faktor dari phobia sosial misal faktor traumatic masa lalu, kondisi keluarga yang tidak mendukung, dll. Sehingga dapat ditemukan sebuah solusi.
·       Evaluasi (evaluation)
Pada tahap ini seseorang sudah dapat menjabarkan solusi yang dipersoalkan dan memilih solusi- solusi yang tepat. Misalkan phobia sosial solusinya dengan menggunakan terapi CBT, obat psikotropica, dll.

    1. Affective Domain, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri; dan
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
·       Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
·       Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
·       Penilaian atau penentuan sikap
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
·       Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
·       Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.

    1. Psychomotor Domain, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
·       Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
·       Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
·       Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
·       Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
·       Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

  1. Taksonomi Guilford

Guilford (1967) mengembangkan teori atau model tentang kemampuan kognitif manusia (yang berisi 120 kemampuan intelektual) yang disusun dalam satu sistem yang disebut "struktur intelek". Model struktur ini menggambarkan keragaman kemampuan kognitif manusia, yang digambarkan dalam bentuk kubus tiga dimensi intelektual, yang maksudnya untuk menampilkan semua kemampuan kognitif manusia.
Operasi Mental (Proses Befikir)
·       Cognition (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru).
·       Memory Retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari).
·       Memory Recording (ingatan yang segera).
·       Divergent Production (berfikir melebar atau banyak kemungkinan jawaban/ alternatif).
·       Convergent Production (berfikir memusat atau hanya satu kemungkinan jawaban/alternatif).
·       Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik, akurat, atau memadai).

Content (Isi yang Dipikirkan)
·       Visual (bentuk konkret atau gambaran).
·       Auditory.
·       Word Meaning (semantic).
·       Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dan notasi musik).
·       Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).

Product (Hasil  Berfikir)
·       Unit (item tunggal informasi).
·       Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama).
·       Relasi (keterkaitan antar informasi).
·       Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan).
·       Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefinisi informasi).
·       Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain).

  1. Taksonomi Williams
  2. Taksonomi Kratwohl, bersifat sasaran afektif, bagaimana sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Sejauh mana ia dapat menerima dan menghargai apa yang diajarkan guru, nilai-nilai yang dianutnya dan apa yang menjadi pedoman dalam hidupnya. Semuanya membawa dampak cara belajar dan hasil belajar.
Hidup ini adalah gema, apa yang diperbuat suatu kali akan berbalik untuk menerimanya kembali entah dalam bentuk apa menurut caranya sendiri. Hal.41. Kehidupan itu bagaikan orkestra dan Anda memegang tongkat pemimpin orkestra dan Anda mengarahkan penafsiran lagu kehidupan. Kehidupan ini bagaikan lukisan dan Anda sendirilah pelukisnya. Pada palet Anda terdapat semua warna yang diperlukan. Bahkan kehidupan ini bagaikan cerita petualangan dan Ada juga epnulisnya. Anda memiliki 26 huruf abjad yang sama, yang juga dipergunakan oleh novelis terkenal. Dalam kehidupan ini, kitalah yang bertanggung jawab. Menyia-nyiakan kehidupan yang tertata dalam ruang dan waktu berarti memberikan ”gema” yang buruk untuk pertumbuhan kehidupan itu sendiri. Tidak menyadari apa yang Anda inginkan adalah masalah pengetahuan. Tidak mengejar apa yang Anda inginkan adalah masalah motivasi. Tidak mencapai apa yang Anda inginkan adalah masalah keuletan. Karena hidup ini sebentar dan sementara, maka marilah kita pergunakan kekuasaan untuk memilih yang bermanfaat bagi diri sendiri kelak maupun untuk sesama.(Parlindungan Marpaung, Setengah Utuh Setengah Pecah, Hal.42)